Satu lagi hal penting yang menjadi bagian dari diri saya saat masih berjuang menjadi mahasiswa baru di Universitas Sam Ratulangi Manado. Di sini saya akan membagi tulisan saya yang memenangkan saya hadiah sebesar IDR 800.000 dalam rangka pemilihan mahasiswa baru terbaik di tahun 2007. Selamat membaca, semoga menginspirasi.
The Second Home
ditulis oleh Theresa T (NIM: 070212087)
Jurusan Arsitektur - Kelompok Kalkulus IV
“Kampusku adalah rumahku”, sebuah kalimat yang sangat sederhana namun juga memiliki makna yang sangat mendalam. Memang benar jika para mahasiswa dan mahasiswi menyebut kampus sebagai rumah kedua mereka. Kampus sebagai rumah dimana para penghuninya memiliki keluarga dan sahabat yang senantiasa saling tolong-menolong dan saling menghargai satu sama lain.
Sebagai seorang individu, saya memiliki tujuan yang sama dengan rekan-rekan mahasiswa yang lain saat memilih kampus dan jurusan yang tepat untuk kami, yakni menggapai cita-cita dan harapan, dan untuk menggapai semua itu kampus adalah tempat yang tepat untuk kami.
Kampus merupakan tempat untuk mengemban ilmu dan untuk mendapatkan keluarga yang baru, selayaknya berada di rumah sendiri. Sebagai mahasiswa, saya memiliki para dosen yang bertindak langsung sebagai orang tua dan sahabat saya, tanpa mengesampingkan tugas mereka sebagai pengajar. Saya juga memiliki rekan-rekan mahasiswa dan para senior yang bertindak sebagai saudara bagi saya, yang tak lebih dan tak kurang, menjadi kakak dan adik bagi saya.
Ada sebuah perumpamaan yang sangat saya sukai, yang saya dengan dalam sebuah tayangan televisi. Perumpamaan ini tentang seorang ibu. Seorang ibu diibaratkan seperti seorang pelayan dan sekaligus guru, seperti seorang dokter dan seorang sahabat. Begitupun saya memandang peran kampus dalam hidup saya. Saya diberikan ilmu oleh para dosen, diberikan teladan oleh para senior, dengan begitu saya belajar untuk membagikan ilmu yang saya miliki kepada orang lain, dan memberikan teladan yang layak dan patut dicontoh. Setiap kali ada kesalahan, saya akan diberikanteguran dan diajari untuk menjadi benar, dengan begitu saya tidak akan terus-menerus terpuruk dalam kesalahan dan akan bangkit demi memperbaiki apa yang menjadi kekurangan saya. Sebagai sahabat bagi satu sama lain dengan mahasiswa lainnya, saya bersedia untuk selalu saling berbagi dalam suka maupun duka. Saling mendorong semangat dan tekad. Seperti yang dimaksudkan dalam semboyan “sitou timou tumou tou” yang memiliki arti bahwa "Manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia".
Hal-hal yang telah saya sebutkan dan jelaskan tadi merupakan sebuah awal dalam mencapai suatu kepuasan intelektual demi mendapatkan karir yang sukses di masa depan. Dalam kehidupan bermasyarakat, terutama sebagai seorang mahasiswa, bukan hanya tujuan individual yang harus saya penuhi tapi juga tujuan kolektif. Dengan begitu, saya baru bisa menjadi orang yang sukses.
Masa-masa selama proses mencapai tujuan kolektif tersebut, tempat yang akan paling mempengaruhi saya tentunya adalah kampus. Tempat yang menjadi pusat kegiatan seluruh mahasiswa. Tempat dilaksanakannya seluruh kegiatan-kegiatan kampus. Mulai dari kegiatan belajar dan mengajar, kegiatan organisasi, kegiatan kerohanian, dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya.
Dengan dilaksanakannya seluruh kegiatan-kegiatan di kampus tersebut, maka secara tidak langsung waktu yang dihabiskan oleh para mahasiswa lebih banyak di kampus dibandingkan di rumah masing-masing. Kegiatan yang terus ada dari pagi sampai sore dan tugas-tugas perkuliahan yang menyita sebagian besar waktu tanpa batas membuat kampus menjadi tempat multi-fungsi, sebagai tempat belajar, tempat berorganisasi, berkreasi, bersosialisasi, dan beristirahat.
Banyak mahasiswa yang secara sadar melakukan aktivitas dan rutinitasnya di kampus. Namun , tidak banyak yang menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sebuah kebutuhan dan bukanlah sebuah kewajiban atau keharusan belaka. Kuliah merupakan suatu tindakan yang secara perlahan-lahan tumbuh menjadi sebuah kebiasaan yang sukar dihilangkan.
Mungkin pada awalnya, mahasiswa baru merasa lelah dengan rutinitas yang menumpuk. Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang masih terasa asing. Seperti menempati sebuah rumah baru, seseorang memerlukan waktu yang tidak singkat untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan keadaan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Namun, seiring berjalannya waktu, seseorang itu akan merasa nyaman dan terbiasa. Hal inilah yang saya alami sebagai mahasiswa baru, tapi keyakinan saya untuk bisa menjadi ‘tuan rumah’ yang baik membuat saya semangat untuk melewati hari-hari pertama saya yang masih canggung.
Setelah menempati ‘rumah’ ini cukup lama, pada akhirnya akan muncul juga rasa bosan. Bosan dengan rutinitas yang setiap harinya sama dan melelahkan, maka itu harus diadakan sebuah renovasi yang bisa memberikan suasana baru yang lebih segar dan menyenangkan, karena dengan begitulah kita bisa bertahan, dan saya sadar akan hal itu, hal yang pasti akan saya alami dan lewati, nanti.
Menyadari akan hal-hal tersebut membuat saya selalu memikirkan apa yang akan terjadi kedepan. Apakah saya pada akhirnya akan menyerah? Ataukan saya akan masa bodoh dengan nasib saya sendiri? Atau mungkin, saya akan berhasil melewati masa-masa itu dengan kepala terangkat.
Tapi, semua itu kembali pada diri saya sendiri dan lingkungan saya. Kampus saya dan rumah saya, atau keduanya. Kampusku adalah rumahku, siapa yang akan berpendapat lain? Memang benar merupakan rumah bagi mahasiswa. Bahkan, mulai hari ini, hari pertama saya memulai perjuangan saya menggapai cita-cita saya, menjadi mahasiswa di Universitas Sam Ratulangi, saya sudah menyadari bahwa kelak, akan tiba saat dimana kampus ini akan menjadi sebuah tempat yang sangat saya rindukan.
Kampus ini tak akan saya lupakan, meskipun kelak saya akan menempati ‘rumah’ yang baru, namun kenangan dan perjuangan yang ada dan akan terus ada itu, tak akan pernah tergantikan.
Viva Teknik